Jumat, 29 Juli 2011

Fiksi Mini: kisah mereka dan cinta

. . . . .

Di negeri ini, mungkin eksistensi para tukang bakso tidak sepenting mereka, yang duduk-duduk berjas rapi berkendara Toyota Crown sekadar menuju kantor di senayan.
Sedangkan mereka? Berpakaian lusuh dan bersandal jepit. Kantornya hanyalah sebuah gerobak yang didorong, lantas  dipukul-pukul mangkok meneriakkan bukti bahwa mereka ada.
Mudah-mudahan rezeki mereka halal.


Sebenarnya, impianku sederhana.
Aku hanya ingin menikmati kopi buatanmu tiap pagi. Lantas kita mengobrol banyak hal di beranda. Tentang rumah kita, anak-anak kita, atau masa muda kita yang sarat akan kenangan lama.


Kamis, 14 Juli 2011

Aku Yang Lewat Sambil Berlalu


Malam ini malam minggu. Malam yang bagi kebanyakan orang adalah waktunya bersenang-senang. Melepas segala lelah setelah aktivitas menjemukan selama sepekan. Entah bersenang-senang dengan memadu kasih bersama pasangan tercinta atau sekadar berkumpul dengan konco-konco sepermainan senasib sepenanggungan, pokoknya malam ini adalah saatnya bersenang-senang, titik, tak perlu banyak kompromi.


Sebagai salah seorang manusia yang hidup sewajarnya, pun aku betapa inginnya ikut serta dalam pesta hingar-bingar malam di akhir pekan tersebut. Aktivitas kampus yang sangat melelahkan dan menjemukan membuat tubuhku meronta, meminta haknya untuk merasakan kesenangan seperti insan ciptaan Tuhan lainnya. Mengingat hari-hari kuliah di kampus selama sepekan ini, membuatku tak tega, ku iyakan permintaannya lalu ku bawa ia keluar dari kamar kos yang sumpek dan betapa membosankannya, untuk menikmati angin malam yang sejuk dan semilir.



Jumat, 08 Juli 2011

Di Batas Horizon part 3 (habis)



 “Tapi . . Tapi mbak . .”

“Kalo dibilang gak bisa ya gak bisa! Jadi orang kok ngeyel amat si bapak!” Bentak si mbak resepsionis, sinis.

Bang Rojak lesu. Badan kekar kebanggaannya mendadak lemas tak bertenaga. Badannya limbung dan hampir terjatuh. Untung dia segera bertumpu pada tembok sehingga hanya lututnya yang keburu mencium lantai.

Lihatlah, wajah Bang Rojak yang biasa terlihat gagah dan penuh wibawa kini tampak  sedih memprihatinkan. Kata-kata sinis dari mbak resepsionis terdengar seperti vonis mati untuk Zaenab dan anak yang ada dalam perutnya. Seakan-akan, Zaenab sudah melakukan kejahatan yang teramat keji dan tidak berperikemanusiaan hingga dia tidak boleh menerima keadilan barang sedikit. Padahal Zaenab hanya butuh dibidani saat melahirkan, tidak lebih.

Minggu, 03 Juli 2011

Di Batas Horizon part 2

Mendengar kabar yang dibawa Muhlis secara tiba-tiba, semua yang berada di warung terperanjat. Tak terkecuali Riki dan Pak Mahmud.

“Yang bener lu lis, jangan becande, si Zaenab kan hamil belom genep 9 bulan? Kayaknye baru 8 bulan lebih.”

“Bener bang Rojak, aye kagak boong, Tadi pas aye ngasi kabar ke mpok Zaenab soal lakinye nyang mati dikeroyok semalem, die langsung histeris, trus die kesakitan kayak mau beranak.”

“Ah, goblok bener lu. Harusnya nyang kayak gitu jangan langsung dikabarin ke die! Kabarin ke gue dulu! Biar gue nyang ngasih tau pelan-pelan ke die. Lagian kok bukannye gue dulu sih yang dikasih tau? ”

Bang Rojak kalap. Tangannya mengepal, siap menghajar Muhlis.