Sabtu, 04 Juni 2011

Saya Suka Sih Nonton Sinetron, Tapi . . .


Sinetron, entah kenapa jika mendengar kosakata tersebut hati ini terasa panas seakan mau meledak dan hancur berkeping-keping. Menurut saya pribadi, sesuatu “menjijikan” yang biasa disebut sinetron itu sudah selayaknya dihilangkan hingga tak bersisa dari televisi Indonesia. Eh, tunggu, dari tadi nuduh yang jelek-jelek melulu soal sinetron. Sebenarnya sinetron itu apa sih?.
Sinetron, menurut apa yang pernah saya baca di sebuah media (entah cetak atau elektronik) adalah singkatan dari sinema elektronik. Dari penjabaran tersebut, bisa diambil kesimpulan bahwa sinetron adalah sinema yang bisa disaksikan lewat media elektronik seperti tipi atau semacamnya. Semacamnya? Emang radio, telepon, atau kulkas bisa buat nonton sinetron?. Kali aja bisa, gak usah serius-serius amat kali. Toh topik yang kita bahas kali ini gak penting juga untuk dipelajari. (Ya iyalah, tapi sangat penting untuk dihindari, right?).
Ups, tunggu dulu. Jangan terlalu menjelek-jelekan sinetron ah. Apa ada yang masih ingat Si Doel Anak Sekolahan? Keluarga Cemara? Jin dan Jun?. Syukur kalo masih ada yang inget. Ya, judul-judul tersebut termasuk dalam apa yang disebut sinetron. 

Apa??  Serius lo??

Serius bang, kalo kagak percaya mending terus baca dah!.
Sinetron pada sekitar tahun 1990an bisa dibilang sangat layak untuk dikonsumsi. Sebab, tidak hanya menghibur tetapi juga mengandung nilai-nilai kehidupan yang bisa kita petik didalamnya. Contohnya? Ada kisah Bang Doel si anak Betawi yang berusaha menempuh pendidikan setinggi mungkin. Pada awalnya, dia menempuh pendidikan tinggi hanya agar mendapat pekerjaan yang baik sehingga bisa mewujudkan keinginan babehnya tercinta, naik haji. Namun, ia tersadar. Manfaat pendidikan tidaklah sesederhana itu. Dengan pendidikan tinggi, ia bisa meningkatkan harkat dan martabat keluarga tradisionalnya yang sering dianggap kampungan.

Selain itu, ada pula kisah keluarga Cemara yang mengharukan. Kisah mengenai sebuah  keluarga “miskin” namun tetap bahagia dengan nilai-nilai kesederhanaannya. Seorang Abah yang meskipun hanya tukang becak, tetap berharga diri tinggi. Tidak suka meminta-minta dan tidak gengsi untuk mengambil raport Ara di sekolah meski hanya memakai pakaian lusuh seperti yang biasa ia gunakan dalam menarik becak. SelainAbah, ada juga Emak yang baik hati, Kak Euis yang pintar, dan Si Agil yang ceria. Benar-benar sinetron yang sangat bagus.

Tetapi, bagaimana dengan sinetron yang sekarang muncul menghiasi layar kaca?. Ukh, benar-benar membuat muak. Terkadang, saat sedang kedapur atau kamar mandi, sepintas saya melihat adegan-adegan dalam sinetron yang sedang tayang (karena jalan menuju dapur atau kamar mandi, mau gak mau harus melewati ruang tengah, tempat  dimana televisi berada). Dan  HUEEKKK . . . . *langsung mau muntah. Adegan yang tersaji sungguh sangat tidak pantas dikonsumsi!. Karakter antagonis yang sangat super jahat menyiksa karakter protagonis dengan berbagai cara. Mengurungnya dikamar mandi sangat mau melahirkan? Mengancam membunuh ibu mertuanya yang buta dan lumpuh?. Oh, bahkan karakter Majin Buu dalam animasi Dragon Ball yang mampu menghancurkan alam semesta saja tidak sejahat itu. 

Fakta lain yang lebih mengerikan, tayangan tersebut disiarkan hampir setiap waktu. Pagi hari sebelum beraktivitas, siang saat break aktivitas, hingga malam saat bersantai bersama keluarga, tayangan laknat itu masih menghiasi acara televisi kita! (sebenarnya tidak keseluruhan waktu sih, bila sedang tidak menayangkan sinetron biasanya stasiun tv menayangkan program musik alay, reality show murahan dan semacamnya. *GUBRAAK!!). Oh my God, tak tahukah kau siapa yang paling terancam dengan program-program tv mengerikan itu?. 

Anak-anak.

Apa kalian tahu?. Dalam usia seperti itu, anak-anak lebih peka terhadap apa yang disaksikannya secara visual dan akan membentuk kepribadiannya kelak. Seharusnya, anak-anak mendapat hiburan yang baik dan mendidik sesuai dengan usianya (saat ini untungnya masih ada tayangan yang cocok seperti laptop si unyil atau si bolang, namun, saya merasa jumlahnya masih kurang banyak dan tidak dipromosikan sebesar sinetron-sinetron laknat tersebut). Masa anak-anak adalah masa-masa indah yang dipenuhi dengan keceriaan dan kegembiraan. Belum saatnya mereka mengenal penderitaan, cinta (antar lawan jenis), dan hal-hal rumit orang dewasa seperti yang ditampilkan dalam sinetron (yang diperagakan dengan amat sangat lebay tentunya). Bila sejak dini anak-anak mengonsumsi hal tersebut, jangan harap Indonesia akan menjadi maju di masa depan. Masih ingin Indonesia menjadi negara maju? Basmi Sinetron dan tayangan tak bermutu lainnya di televisi!.

6 komentar:

  1. tapi tidak semua sinetron sekarang seperti itu kok ,sudah cukup banyak sinetron sinetron yang mengangkat tema islami, yaa walaupun sedikit banyak masih terbumbui nilai2 sinetron yang lama, tapi menurut saya sudah ada kemajuan.. memang untuk merubah secara total itu sulit, gak semudah membalikkan tangan.. semoga saja ke depannya sinetron2 islami ini bisa laku di pasaran ^^

    BalasHapus
  2. ups, ada yang terlewat untuk saya kritisi.
    biasanya jika ada sinetron yang memiliki rating tinggi, meski bertema religi sekalipun, akan mengalami penurunan kualitas cerita.
    Ambil contoh sebuah sinetron islami yang tayang hampir setiap malam di sebuah stasiun swasta. Pada awal penayangannya saya berani kasih jempol terhadap sinetron tersebut. Tetapi, lama kelamaan, sinetron tersebut berubah menjadi hanya sekedar menampilkan sketsa2 kehidupan dengan script kacangan bahkan saya tidak menemukan apa sih tujuan atau hikmah utama dalam sinetron tersebut? (bayangkan, jika kata-kata kasar dan perilaku tokoh "antagonis"nya yang menyepelekan ulama ditiru anak2?).
    Sebenarnya yang kita butuhkan bukanlah sinetron islami yang laku di pasaran. Tetapi tayangan yang benar-benar bermutu dan mendidik.

    (sempat diedit karena menyebutkan merek, afwan)
    (btw, terima kasih atas apresiasinya.)

    BalasHapus
  3. dilematis mam.

    aku pribadi soal sinetron religi, dua pendapat kalian sama-sama bener.

    dalam kaidah fiqih at ushul 'isyrin (serius dikit ya :P) nomer dua belas (kalo ga salah lho), adalah boleh ketika mengganti kemungkaran, dengan kemungkaran yang lebih sedikit.

    posisi sinetron religi disitu.

    tapi tapi tapi,

    di sisi lain, aku miris ngeliat akhwat berjilbab seolah jadi jatoh martabatnya di senetron-senetron kek gitu...

    komen yang terlintas adalaaah,

    "Ooooh, ternyata cewek jilbaban ya nyatanya gitu kok. sama aja kayak cewek biasa cinta-cintaannya, cuma disini si cewek jilbaban malu2 kucing (karna pake jilbab kali yak), sama pake istilah-istilah islami, blablabla"

    =="

    BalasHapus
  4. setuju bang, islami cuman jadi covernya doang.
    Isinya mah sama aja.

    BalasHapus
  5. Tapi sekarang ada sinentron yang lumayan bisa ditonton, karena mengambil setting kehidupan jakarta yang "sesungguhnya". lo bisa liat sinetron CALON BINI di SCTV. Dari judulnya sih emang picisan, tapi ceritany penuh makna, menggambarkan gimana sebenarnya kehidupan rakyat jakarta pinggiran dengan retorika yang sederhana.

    BalasHapus
  6. beneran? biasanya gw banyak kecewa sih dengan banyak sinetron yang hanya bagus di awal penayangan (gak perlu nyebut merek ya?).

    BalasHapus