Jumat, 12 April 2013

Cerita yang Tak Kunjung Usai


PLAAK!

“Dasar laki-laki brengsek!”

Aku hanya bisa diam termangu dan menatapnya pergi, setelah dia mendaratkan tamparannya di pipiku. Bekas tamparannya mulai memerah, sakit. Namun hati ini jauh lebih sakit. Bagaimana tidak? Saat pertama aku bisa berbincang dengan Nawang Wulan, gadis pujaan hatiku, saat itulah dia langsung membenciku setengah mati. Apa ada yang salah? Sepertinya tadi aku sama sekali tidak salah ucap walau hanya sedikit. Aku kembali beranjak dari bangku panjang ini, hendak mengambil tas yang masih tertinggal di perpustakaan, lantas segera pulang untuk menentramkan hati dengan tidur seharian.

 Belum jauh aku melangkah, bumi terasa bergetar, makin lama makin kuat.

GEMPA!

Oh Tuhan, nasib buruk apalagi yang akan kualami? Belum puaskah kau mengujiku lewat hati ini, lalu kembali menguji lewat perkara lain?

Para siswa lain berhamburan keluar gedung sambil berteriak gaduh. Karena situasi yang tidak terkendali, banyak di antara mereka yang terjatuh lalu terinjak-injak oleh siswa lainnya. Perlahan, gedung sekolah mulai ambruk. Tidak sedikit warga sekolah yang menjadi korban tertimpa reruntuhan bangunan. Kulihat Pak Tobing, guru matematika galak berdarah batak itu sedang berusaha membantu seorang siswi menyelamatkan diri gedung yang mulai ambruk. Namun naas! Tubuhnya tertimpa reruntuhan dan tewas seketika. Melihat mayatnya yang berkesimbah darah, aku menjadi teramat menyesal.