Kamis, 16 Februari 2012

Dialog Antar Semut

“Sayang, aku . . . hamil.”
“Apa, bagaimana mungkin . . . aku . . aku belum siap!”
“Lalu, kita harus bagaimana?’       
“Gugurkan kandunganmu.”
“Apa?’
“Kubilang gugurkan kandunganmu!”

Dalam seketika, berderailah air mata Si Wanita. Tak disangka, begitu semena-mena sang pacar  melukai hatinya. Padahal dia sudah berjanji akan mempertanggungjawabkan perbuatannya jika terjadi hal yang tidak diinginkan malam beberapa minggu silam. Namun, janji tinggal janji. Bahkan si laki-laki mengancam akan memutuskan hubungan dan meninggalkannya jika dia tidak mau menggugurkan bayi dalam kandungannya. Isak tangisnya semakin menjadi-jadi.
Di balik rerumputan, kejadian tersebut sempat disimak sekilas oleh para semut yang sedang bekerja. Namun, mereka tetap fokus pada pekerjaannya mengumpulkan makanan untuk persediaan di sarang. Bahkan untuk menggelengkan kepala sekadar apresiasi terhadap kesedihan yang menimpa wanita tersebut mereka tidak sudi.
Sialnya, ternyata saya terlalu cepat mengambil kesimpulan. Rupanya ada seekor semut muda yang begitu khidmat menyaksikan peristiwa barusan. Langkah kakinya berhenti berderap, air matanya meleleh dan jatuh menetes, beban makanan yang seharusnya segera diantar ke sarang perlahan jatuh satu persatu dari tangannya. Sepertinya semut muda itu benar-benar merasakan kesedihan yang sedang mendera perasaan wanita barusan. Tak disangka, seekor semut senior mengawasi kelalaian semut muda tersebut dan segera menghampirinya.
“Apa yang sedang kau lakukan, anak muda!?” Hardik Si Semut Senior. Matanya geram menyala-nyala.
Menyadari kesalahannya, nyali Si Semut Muda menciut.
“E . . Enggak pak, enggak ngapa-ngapain kok.”
“Lalu, kenapa kamu menangis, hah!? Kamu simpati terhadap manusia wanita itu!?”
 Si Semut Muda hanya merunduk. Melihat tingkah juniornya, Si Semut Senior menyunggingkan senyum.
“Wanita itu hanya mendapatkan imbalan atas apa yang ia perbuat, tidak aneh bukan? Perbuatan yang tidak baik akan menghasilkan akibat yang tidak baik pula, begitu juga sebaliknya.”
“Lantas, bagaimana dengan laki-laki tersebut!? Kenapa hanya wanita itu yang mendapat balasan atas perbuatan buruk mereka berdua!?”
“Ketahuilah, Tuhan itu maha adil. Dia akan membalas perbuatan baik maupun jahat, meski sekecil apa pun. Saat ini, jika kita melihat secara fisik, mungkin laki-laki itu tidak terlihat menderita kerugian apapun. Tetapi, kita tak bisa melihat apa yang ada dalam hati dan masa depannya bukan? Seandainya bisa, mungkin tidak ada satu pun manusia yang melakukan perbuatan tercela.”
“Kurang lebih saya mengerti kata-kata anda. Tetapi, apakah sudah sewajarnya jika kita menangis bila mendapati sebuah peristiwa yang menyedihkan?”
“Menangis itu sangat manusiawi. Sayangnya, kita tidak sepatutnya melakukan hal itu.”
“Kenapa?”
“Kita ini kan semut.”



1 komentar:

  1. salam sukses gan, bagi2 motivasi .,
    Hargailah hari kemarin,mimpikanlah hari esok, tetapi hiduplah untuk hari ini.,
    ditunggu kunjungan baliknya gan .,

    BalasHapus