Sabtu, 17 Agustus 2013

Sekilas Cerita dari Negeri Laskar Pelangi

Apa yang pertama kali terbersit di pikiran kamu saat mendengar kata Belitong? Ya, jika kamu sepikiran dengan saya, kita pasti memiliki jawaban yang sama, Laskar Pelangi. Novel mengenai persahabatan anak-anak kampung melawan keterbatasan demi meraih cita-cita yang amat terkenal hingga mancanegara. Sampai tulisan ini dibuat, saya masih hampir tak percaya telah menginjakkan kaki di tanah tempat cerita itu tercipta. Semenjak SMA, saat saya pertama kali membaca novel itu dan langsung jatuh cinta pada kisah yang sungguh sangat menginspirasi tersebut, saya sudah sangat ingin mengunjungi tanah impian ini.


Saya mendapat kesempatan menyambangi tanah ini pun lewat kesempatan yang datang secara tidak sengaja. Kalau tidak salah ingat, secara kebetulan saya diajak oleh seorang kawan untuk memilih Belitong dalam mengikuti program Kuliah Kerja Nyata (KKN) yang diwajibkan kampus lewat obrolan ringan kala menikmati makan siang. Sejujurnya tidak pernah terbayang jika saya akan mengikuti program KKN di Belitong. Mengingat sifat saya yang santai dan hampir tidak mau repot, tadinya saya berniat mengikuti KKN seadanya saja di tempat terdekat dan mungkin akan berakhir tanpa kesan. Mengingat kata-kata bijak dari seseorang bahwa kesempatan mungkin saja tidak akan datang lagi, saya pun menerima ajakan kawan tersebut.

Setelah persiapan selama sekitar 2 bulan, akhirnya satu kelompok KKN yang berjumlah 25 orang ini pun berangkat ke Belitong. Tidak seperti yang saya bayangkan sebelumnya, meski berada di pulau yang sama, ternyata desa asal Andrea Hirata sang pencipta Laskar Pelangi dengan desa tempat saya melaksanakan program KKN berada di tempat yang cukup jauh. Selain karena lokasi yang saling berjauhan, kesibukan menjalankan program yang cukup banyak dan padat hampir membuat saya melupakan keinginan untuk menyambangi dan bertemu langsung dengan Bang Andrea. Untunglah di dekat desa tempat kami ada pantai indah bernama Pantai Tanjung Tinggi yang juga digunakan untuk syuting film Laskar Pelangi. Pada awalnya saya berpikir, meski tidak bertemu langsung dengan sang maestro, setidaknya saya sudah menjejakkan kaki di salah satu tempat yang berkaitan dengan mahakarya tempat mimpi saya berkecambah.

Namun saya salah, benar apa kata Bang Andrea dalam novelnya, “Bermimpilah, maka Tuhan akan memeluk mimpi itu,” hari ini saya diberi kesempatan untuk napak tilas dan bertemu dengan Bang Andrea langsung di desa kelahirannya! Saya bertemu beliau di Museum Kata, tempat yang beralamat di Gantung, Belitung Timur yang konon merupakan museum sastra pertama di Indonesia. Tempat yang hanya berjarak beberapa rumah dari rumah orangtua dari Bang Andrea tersebut hanya berupa bangunan rumah sederhana yang berisi banyak informasi mengenai Laskar Pelangi dan tulisan spesial Bang Andrea yang hanya bisa ditemukan di museum tersebut. Meski tidak seberapa, namun bangunan sederhana ini sungguh amat menginspirasi dan menumbuhkan mimpi. Imaji yang sebelumnya masih samar dan banyak beterbangan di awang-awang, mulai berhamburan kembali mengisi loker impian.

Perlahan, rasa malu mulai datang menyambangi hati. Bang Andrea yang lahir di kampung yang cukup terbelakang di zamannya dengan segala keterbatasan bisa meraih kesuksesan seperti ini, mengapa aku yang anak ibukota dan amat dimanjakan dengan berbagai fasilitas sedari kecil malah tidak ada apa-apanya. Tidak terbayang bagaimana kuatnya ikatan dan semangat yang ditularkan oleh Ibu Muslimah, Lintang, Syahdan, Sahara, A Kiong dan sobat Laskar Pelangi lainnya hingga bisa membentuk si Ikal kecil menjadi pribadi yang amat luar biasa seperti sekarang. Bisa bertemu dengan seorang penulis yang luar biasa seperti Bang Andrea Hirata adalah kesempatan yang teramat langka. Sayangnya suasana pertemuan saat itu terlalu ramai hingga kami tidak bisa banyak berbincang. Namun, sapa dan salam yang terucap, juga jabat tangan yang hangat semoga dapat menularkan juga menjaga semangat yang kian membuncah di dada agar senantiasa konsisten dalam berkarya. Bismillah.

Belitong, 15 Agustus 2013

Tidak ada komentar:

Posting Komentar