Selasa, 07 Juni 2011

Fiksi Mini: Memaksimalkan Imajinasi (Update 1)



Fiksi mini? Apaan tuh?
Hmm, saya pun tidak terlalu mengerti. Toh saya juga baru tahu ada genre macam itu dari seorang teman.
Intinya sih, anda buat sebuah tulisan fiksi dengan jumlah kalimat seminimal mungkin. Dengan begitu imajinasi pembaca akan terpancing dan mengeksplorasi isi tulisan fiksi tersebut lebih jauh. Menarik bukan?
Yosh, berikut beberapa fiksi mini yang sempat saya buat. Selamat menikmati . .
Cekidot gan!


IDUL ADHA
Dengan sebilah senjata di tangan, mata si pembunuh nanar menatap calon korbannya. Namun, hei lihat, tidak satu orang pun berniat menolong!. Terlalu, padahal mereka baru beribadah pagi itu.

GADIS ITU.
Dalam angkutan umum, kami bertemu. Saling pandang memandang. Dunia pun berubah seketika.

BUKU KANJI
Dalam keheningan, mendadak kudapat firasat tak enak.
Betul saja, dia melambai mengejek perlahan.
Awas kau, tunggu saat aku menghabisimu.

BAPAK SIAPA?
*bapak2 itu mengendarai motor menerobos hujan
*bapak2 itu cuma pake kaos kutang dan celana boxer
*bapak2 itu sambil bersenandung lagu india
*bapak2 itu bukan bapak saya

LAYANG-LAYANG
Mungkin kita pernah bertemu, atau belum?
Saat ini aku hanya layang-layang yang terbang tanpa arah


SI PENGAMEN
Sungguh lama antrian di tempat ini. Muka-muka para pencari keadilan mulai menunjukkan kegelisahannya. Para pasukan dari antah berantah entah kenapa mulai datang silih berganti. Hei, kami kemari ingin makan, bukan mendengar suara nyanyian sumbang!

CERITA
Aku hanya ingin bercerita tentang anak yang baru saja dilahirkan istrimu pagi tadi.
Aku hanya ingin bercerita tentang anak yang membawa senyum bahagia keluargamu pagi tadi.
Aku hanya ingin bercerita tentang tangisnya yang nyaring membelah kericuhan pejabat yang terhormat dalam televisi.
Aku hanya ingin bercerita disebelah jenazahmu. 


SEORANG DIRI
Aku hanya berjalan seorang diri, tidak peduli omong kosong para penguasa yang lupa akan janji-janji manisnya.
Aku hanya berjalan seorang diri, tidak peduli sepasang muda-mudi yang sedang asyik merencanakan kehancuran masa depannya.
Aku hanya berjalan seorang diri, tidak peduli pedagang miskin yang siap untuk lebih miskin setelah mati.
Aku hanya berjalan seorang diri, setidaknya tidak ada yang bisa menggangguku dengan pikiranku sendiri.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar