“Aduh,
sejarah lagi . . males ah!”
“Ngapal
tahun melulu, susah!”
“Emang
penting? Kayak orang susah move on aja belajar masa lalu melulu.”
Sering
mendengar selentingan seperti itu?
Ya,
dewasa ini pelajaran sejarah seakan sudah menjadi hal paling membosankan di
dunia. Bukan hanya anak muda, tetapi juga banyak orangtua yang berpikiran
seperti itu. Banyak anak muda yang mengabaikan pelajaran sejarah karena lebih
menganggap penting pelajaran matematika atau bahasa inggris di sekolahnya. Pun
banyak orangtua yang melarang anaknya mengambil jurusan sejarah sebagai pilihan
saat memasuki jenjang perguruan tinggi lantaran takut anaknya tidak sukses
karena tidak mendapat kesempatan di dunia kerja. Oi, memang apa yang salah sih dari
sejarah?
Bagi
setiap muslim sejati, Al-Quran bukanlah sekedar buku bacaan penghias lemari
belaka. Al-Quran adalah pedoman hidup yang hakiki, dimana tak ada keraguan di dalamnya.
Tahukah kalian, sebagian besar isi dalam
kitab suci tersebut adalah peristiwa di masa lalu mengenai para Nabi,
orang-orang saleh, dan kaum yang dibinasakan karena mengingkari Allah. Jika
Al-Quran benar-benar dianggap sebagai pedoman, bagaimana mungkin banyak muslim
yang masih mempertanyakan kepentingan belajar sejarah?
Allah
adalah Tuhan yang Maha Kuasa atas semesta alam, tidak ada sedikit pun keraguan
bagiNya. Allah tentu tidak akan mengistimewakan suatu cabang ilmu jika bukan
tanpa alasan, bukan? Menurut saya, belajar sejarah menjadi amat penting karena
dalam sejarah terdapat hikmah dan kebijaksanaan yang bisa kita ambil dan
menjadi bekal dalam hidup kita kelak.
Disadari
atau tidak, sejarah selalu berulang terus dan membentuk siklus. Maka celakalah
kita jika tidak pandai membaca arus siklus tersebut. Saat ini umat islam sedang
dalam posisi yang amat merugikan. Sering difitnah, tanpa bisa memberikan
perlawanan yang berarti. Bahkan sesama umat islamnya sendiri pun terjadi
perpecahan dan tidak saling mendukung satu sama lain. Mengapa? Ya, para musuh
islam rupa-rupanya jauh lebih pandai membaca siklus sejarah.
Mereka
tahu bahwa di masa lampau, mereka akan sulit mengalahkan kekuatan islam secara
fisik. Sejarah sudah membuktikannya. Karena itulah mereka menghembuskan Ghazwul Fikr, perang pemikiran. Saya
rasa, saya tidak perlu membahasnya lebih mendalam karena sudah banyak buku dan
sumber literatur yang jauh lebih mumpuni berisi pembahasan mengenai Ghazwul Fikr. Hasilnya? Bisa dilihat
sekarang. Mental generasi muda muslim sudah semakin memble. Jika generasi
terdahulu galau demi kemaslahatan umat, generasi sekarang justru galau karena
tidak bisa nonton konser boyband favorit di ibukota. Kalaupun ada yang
bersemangat tinggi, itu pun banyak yang karena taklid, cuma ikut-ikutan teman saja. Mau bukti? Lihat saja para
aktivis pembela kemerdekaan Palestina, berapa banyak diantara mereka yang
benar-benar mengetahui sejarah hubungan Indonesia dengan Palestina? Kalau saja
kita mengetahui, membela Palestina bukan cuma kewajiban umat muslim saja,
tetapi juga seluruh rakyat Indonesia.
Oleh
karenanya, sebagai generasi muda muslim, masihkah perlu mempertanyakan
pentingnya belajar sejarah?
Ingat,
jangan sekali-kali melupakan sejarah!
"Negeri Bebek", meminjam istilah Ust. Felix Siauw, negeri yang rakyatnya umumnya hanya bisa membebek, ikut-ikutan, tanpa tahu mana yg benar mana yg salah.
BalasHapus"Negeri Bebek", semua bisa terjadi di sana. Pahlawan dilupakan rakyatnya dan hidup dalam nestapa. Hal-hal 'mudharat' halal dan diapresiasi dengan sepenuh hati. Para 'penegak'hukum menutup matanya dengan lembar-lembar dolar. Mengemis adalah profesi--hingga tak tahu mana yang wajib disedekahi, mana yang hanya berakting mengemis dan berlagak minta dikasihani.
"Negeri Bebek", ironisnya adalah negeri yang penduduk muslimnya terbesar di dunia.
"Negeri Bebek" itu mana ya?
kweek . . kweek . .
BalasHapus*tanya daffy atau donald aja . .
:p