Selamat
gini hari teman-teman yang budiman! Eh, kenapa gini hari? Karena tidak ada
jaminan kapan tulisan saya akan dibaca kan? Kalo saya bilang selamat malam,
nanti yang baca waktu siang jadi bingung, hehehe. Berhubung saya sudah lama
sekali tidak menulis dan dikhawatirkan kemampuan menulis saya memudar, maka
izinkanlah saya untuk berbagi cerita dengan teman-teman sekalian. Sudah siap? Lets cekidot!
Pada
kesempatan kali ini saya ingin menceritakan hal yang sudah menjadi impian saya
sejak lama. Saya memimpikan akan tiba masanya di mana orang Indonesia tidak ada
yang buta sejarah. Sangat keren sekali saat saya membayangkan di mana banyak
anak-anak yang menceritakan cita-citanya karena terinspirasi oleh tokoh-tokoh
sejarah.
“Aku
ingin jadi panglima perang yang hebat seperti Jendral Soedirman! Tetap ikut
berperang memimpin pasukan padahal lagi sakit radang paru-paru.”
“Kalo
aku ingin jadi diplomat yang pinter berbagai bahasa kayak Agus Salim!”
“Aku
sih pinginnya jadi wanita yang tangguh kayak Panglima Keumalahayati!”
Dahsyat,
bro.
Bagaimana
pun Indonesia adalah negara yang dibangun di atas sejarah perjuangan panjang
para pahlawan. Tak pantas rasanya jika kita melupakan jasa-jasanya begitu saja.
Tanpa perjuangan para pahlawan dalam mengusir penjajah, tak mungkin kita bisa
ada di sini, bersenang-senang menikmati kemerdekaan, setuju?
Namun,
sebuah mimpi tak akan pernah terwujud jika tak ada usaha untuk mewujudkannya.
Jika tidak salah, dalam kitab suci terdapat ayat yang menyebutkan bahwa Tuhan
tak akan mengubah keadaan suatu kaum jika tidak ada usaha dari kaum tersebut
untuk mengubahnya. Saya rasa ayat tersebut cukup universal untuk diterapkan
dalam kehidupan. Contohnya, jika kita ingin uang yang banyak, tak mungkin bisa
mendapatkannya jika hanya melamun sepanjang hari, bukan? Tentu kita harus
bekerja agar bisa mendapatkan uang.
Mewujudkan
mimpi ini tentu bukan hal yang mudah. Terutama jika mengingat sebuah opini yang
banyak beredar bahwa minat baca orang Indonesia itu rendah. Opini ini jelas
bukan tanpa dasar, apalagi mengingat banyak sekali teman dan kerabat yang saya
kenal seringkali berkata,
“Aduh,
gue males baca, Mam.”
(Semoga
masih ada yang mau berteman dengan saya setelah membaca tulisan ini, hehehe.)
Minat
baca bukanlah sesuatu yang mudah untuk dibiasakan dalam kehidupan. Butuh
kemauan dan niat yang kuat agar dapat membiasakannya. Belum lagi orang-orang
yang tidak biasa membaca cenderung mudah mengantuk dan sering dirundung rasa malas,
apalagi jika bukunya tebal-tebal. Iya apa enggak?
Meskipun
sulit, membudayakan minat baca pada orang Indonesia bukanlah hal yang mustahil,
lho! Terutama jika dibiasakan sejak kecil. Ya, para kutu buku yang seringkali
terlihat di perpustakaan maupun toko buku biasanya adalah orang-orang yang
dibiasakan membaca sejak kecil. Semakin tinggi minat baca suatu bangsa, semakin
menentukan kesuksesan bangsa tersebut. Tidak percaya? Coba lihat saja Jepang.
Minat baca penduduknya yang tinggi membawa negara tersebut dalam kesuksesan
yang gilang-gemilang dari berbagai bidang. Mulai dari ekonomi, teknologi,
hingga kesadaran dan kebanggaan akan sejarah dan budayanya.
Menumbuhkan
minat baca sejak kecil dapat dilakukan lewat berbagai cara. Dimulai dari
membaca komik, misalnya. Buku komik yang kaya akan gambar dan ilustrasi yang
menarik kemungkinan besar dapat merangsang minat baca anak. Sayangnya komik
yang beredar di Indonesia sebagian besar adalah komik-komik impor dimana banyak
yang tidak aman dikonsumsi untuk anak-anak karena memuat konten gambar
bernuansa sensual, sadis, bahkan pemahaman yang tidak sesuai dengan norma agama.
Menurut saya, komik-komik tersebut lebih baik dikonsumsi oleh usia remaja dan
dewasa yang sudah berpikiran terbuka. Meski tidak semuanya berbahaya, ada juga
kok komik impor yang cukup aman dikonsumsi anak-anak. Doraemon, misalnya. Namun
jumlahnya sedikit sekali.
Keadaan
ini diperparah dengan penempatan komik impor yang tidak tersusun baik. Banyak
komik impor yang sudah jelas berlabel remaja atau dewasa ditaruh di rak yang
tidak berbeda dengan komik semua umur dan mudah dijangkau anak-anak. Bukan hal
yang aneh saat ini jika anda melihat anak-anak yang membaca komik berkonten
tidak baik di toko buku. Jika ini terus berlanjut, bukan hanya impian untuk
menjadikan generasi muda yang melek sejarah sulit tercapai, justru bangsa ini
akan mengalami keterpurukan mental akibat belum terbentuknya pribadi bangsa
dengan sempurna, namun harus berhadapan dengan budaya asing yang cenderung
terlalu bebas jika dibandingkan dengan negeri ini.
Sebagai
generasi muda saat ini, apa yang harus kita lakukan? Boikot? Menurut saya itu
bukan solusi yang baik. Bagaimana jika membuat karya tandingan berupa
komik-komik berbobot namun sederhana dan kaya akan hikmah kehidupan dan wawasan
sosial budaya? Keren sekali
kedengarannya. Dalam sebuah talkshow, salah seorang komikus asal Malang
favorit saya pernah berkata seperti ini,
“Kita
bertanggung jawab atas setiap karya yang kita hasilkan. Karena itu, berkaryalah
yang baik!”
Ya,
sebuah karya, baik berupa film, novel, maupun komik dapat mempengaruhi alam
bawah sadar penikmatnya. Baik atau buruk sebuah generasi dapat dilihat dari tema
karya yang paling menjadi favorit untuk dikonsumsi penduduknya. Tentunya, untuk
membentuk generasi muda yang baik dan memiliki minat baca tinggi perlu didukung
oleh komik yang biasa mereka konsumsi sedari kecil. Oleh karena itu, saya
sangat ingin agar dapat membuat membuat komik yang bernilai positif. Komik yang
mengandung nasihat dan hikmah kebaikan dalam hidup ini.
Alhamdulillah, sepertinya Tuhan
mendengar doa saya. Di kota yang masih sarat akan nilai-nilai budaya ini, saya
seperti mendapat anugerah berupa teman-teman yang aktif dalam dunia perkomikan
dan berbagai kesempatan untuk tetap eksis dalam berkarya. Tentunya hal ini
semakin membuat saya merasa bahwa impian yang selama ini hanya dalam
angan-angan bukan mustahil untuk segera menjadi nyata. Jika komik-komik yang
sarat akan nilai-nilai sejarah, sosial, budaya dan agama karya kami bisa sampai
dan dibaca oleh anak-anak Indonesia, maka minat baca penduduk negara ini di
masa depan tentu akan meningkat dan Indonesia dapat menjadi negara yang maju
menyusul Jepang.
Mungkin
ada yang bertanya-tanya, mengapa saya memilih untuk menceritakan mimpi ini pada
teman-teman? Jawabannya tidak lain adalah karena saya ingin ada yang
mengingatkan dan memperkuat niat saya jika saya mulai limbung di tengah jalan. Saat
ini, tidak sulit bagi seseorang untuk kehilangan idealisme karena gencarnya
perang pemikiran yang dihembuskan oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab
dalam menghapus nilai moral yang baik di negeri ini, apalagi jika orang
tersebut sendirian.
Terlebih
saat seseorang yang sudah saya anggap sebagai kakak menasihati untuk selalu
memperbaharui niat. Sebuah niat yang baik, jika tidak sering-sering
diperbaharui bisa menjadi luntur keasliannya dan berkurang nilai kebaikannya.
Untuk itu perlu sering diperbaharui dengan banyak menanyakan pada diri sendiri
untuk apa kita berkarya. Dan alangkah baiknya jika kita memiliki teman-teman
yang baik untuk saling memperkuat niat itu bukan?
Ini
mimpiku, apa mimpimu?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar